Beginilah Kondisi Umat Manusia Ketika Akan Datang Dajjal
Menjelang keluarnya Dajjal Umat Islam telah menjadi besar dan mempunyai kekuatan yang kokoh, bahwa antara umat muslimin dan kaum Romawi (salib) akan berdamai dengan perdamaian yang sentausa, dan pengkhianatan-pengkhianatan kaum salib terhadap kaum muslimin sesudah perdamaian itu.
Rasulullah telah mendeskripsikan pembantaian yang terjadi antara umat Islam dan kaum salib yang akan terjadi dengan lantaran yang telah dijelasakan pula sebelumnya (Lihat cacatan ihwal perdamaian dengan Bani Ashfar), dan umat Islam akan tetap kokoh hingga datangnya pertolongan Tuhan SWT.
Gambar Ilustrasi |
Pembantaian Yang Terjadi Di Madinah
Rasulullah bersabda, “Tidak akan terjadi simpulan zaman hingga bangsa Rumawi menuruni pedalaman. Kemudian pasukan dari Madinah keluar menghadapi mereka yang terdiri dari penghuni bumi yang terpilih ketika itu. Tatkala mereka telah berhadap-hadapan, bangsa Rumawi berkata, “Berilah jalan antara kami dan antara yang mencela kami sehingga kami sanggup memerangi mereka”.
Umat Islam berkata, “Tidak, demi Allah, kami tidak akan mengosongkan jalan antara kalian dan antara saudara-sudara kami”. Sehingga umat Islam pun berperang melawan mereka.
1/3 dari pasukan itu mundur (kaum muslimin yang surut/lari dari perang). Mereka itu takkan diterima taubatnya oleh Tuhan selama-lamanya.
Dan ada 1/3 lagi yang terbunuh, mereka yaitu para syuhada yang terbaik disisi Allah. Sedang 1/3 lainnya terus berperang sehingga menerima kemenangan dan sanggup menaklukkan Konstantinopel.
Rasulullah telah memberikan hadist lain ihwal guncangan/ketakutan yang terjadi pada perang itu, dan ihwal kaum relawan yang berada dibarisan umat Islam, hingga kelompok Umat Islam ikut berperang hingga memperoleh kemenangan atau simpulan hidup selama 3 hari berturut-turut. Dan sepertinya jumlah umat Islam pada ketika itu hanyalah sedikit, dengan bukti bahwa umat Islam yang berperang menang ketika tiba dukungan kepada mereka dari sisa-sisa umat Islam. – Al-Qiyamah As-Shughra, hal.228.
Dari Yasir bin Jabir berkata, “Saya sedang bersama Abdullah bin Mas’ud kala Angin merah bergerak dari Kufah, kemudian seorang lelaki tiba dan berkata, ‘Wahai Abdullah bin Mas’ud, telah tiba Hari Kiamat’.
Ibnu Mas’ud yang sedang duduk bertelekan berkata, “Sesungguhnya Hari Kiamat tidak akan tiba hingga warisan tidak dibagikan dan tidak bergembira seseorang dengan harta rampasan (perang)’.
Kemudian ia berkata sambil tangannya mengisyaratkan ke arah Syiria, “Musuh berkumpul dengan umat Islam dan umat Islam berkumpul dengan mereka”
Saya berkata, “Apakah yang engkau maksud yaitu bangsa Rumawi?”
Ia menjawab, “Ya, tetapi kemudian ada pengkhianatan dalam perang itu, sehingga umat Islam menganggapnya sebagai syarat simpulan hidup yang mana ketika itu jumlah umat Islam tidak banyak”.
(Syarat simpulan hidup yang dimaksud yaitu : waktu itu kaum muslimin akan bertekad bundar untuk mati, takkan mundur kecuali menang, maka mereka pun bertempur sehingga terhalangi malam, dan tekad itupun dilupakan. Demikian berjalan selama 3 hari berturut-turut).
Abdullah bin Mas’ud melanjutkan lagi, “Dalam pertempuran itu, Kaum muslimin menganggapnya sebagai syarat kematian, sehingga mereka berperang hingga malam memisahkan mereka, dan masing-masing saling memenuhi (masing-masing pihak impas), sehingga belum ada yang menang atau kalah.”
Kemudian umat Islam bertekad bundar lagi untuk mati, takkan mundur kecuali menang. Maka mereka pun bertempur hingga dihalangi oleh malam, antara mereka tidak ada yang kalah ataupun menang, maka tekad itu pun dilupakan (kaum muslimin merasa berputus asa akan keadaan itu).
Kemudian tekad untuk mati itu muncul lagi, tak kan mundur kecuali menang, kemudian mereka pun bertempur pula hingga dihalangi malam, dan kembali ke daerah masing-masing tanpa membawa kekalahan ataupun kemenangan. Dan tekad itu dilupakan lagi.
Syahdan, manakala tiba hari keempat, bangkitlah sisa-sisa kaum muslimin yang masih ada, mereka menyerbu musuh. Namun Tuhan belum memberi kemenangan kepada mereka, meski mereka sebetulnya telah bertempur mati-matian.
Namun mereka berperang dengan semangat peperangan yang belum pernah dilihat sebelumnya hingga sebuah benda (dalam hadist lain disebut seekor burung) sungguh-sungguh melewati lambung mereka, dan mereka tidak gentar hingga tertunduk mati. (Semua orang yang ada dalam medan pertempuran itu mati tidak tersisa lantaran benda itu).
Maka disuruhlah orang-orang melaksanakan pemeriksaan. Mereka ada 100 orang, namun mereka yang menyelidiki itu tidak menemukan apa-apa (tidak tahu benda apa yang melintas itu) bahkan mereka ikut tewas, yang tersisa (dari rombongan pemeriksa itu) hanyalah seorang saja. Maka harta rampasan apa yang patut beliau banggakan, atau warisan apa yang sanggup ia bagi-bagikan.
Ketika mereka sedang dalam keadaan menyerupai itu (sedang menunggu-nunggu kabar dari seorang lelaki yang tersisa dalam medan pertempuran itu), tiba-tiba mereka mendengar orang berteriak bahwa sesungguhnya Dajjal telah mendatangi keluarga-keluarga mereka, sehingga mereka kemudian menolak apa yang ada ditangan mereka dan mengutus 10 penunggang kuda yang lihai.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya saya mengetahui nama-nama mereka, dan nama-nama orang bau tanah mereka, serta warna khayalan mereka. Mereka yaitu sebaik-baik penunggang kuda di muka bumi ketika itu, atau sebaik-baik penunggang kuda dibumi ketika itu”. – HR.Ahmad, Abu Dawud dan Al-Albani, Shahih Al-Jami’, 4096.
Sebelum Keluarnya Dajjal Terdapat Tiga Tahun Penderitaan
Rasulullah bersabda, “Sebelum keluarnya Dajjal terdapat 3 tahun penderitaan, pada ketika itu insan ditimpa kelaparan yang sangat.
Pada tahun 1 (pertama), Tuhan memerintahkan langit untuk tidak menurunkan 1/3 hujannya, dan memerintahkan bumi untuk tidak menumbuhkan 1/3 tanamannya.
Pada tahun 2, Tuhan memerintahkan langit untuk tidak menurunkan 2/3 hujannya dan memerintah bumi untuk tidak menumbuhkan 2/3 tanamannya.
Pada tahun ke 3, Tuhan memerintahkan langit untuk tidak menurunkan seluruh hujannya dan memerintahkan bumi untuk tidak menumbuhkan semua tanamannya.
Sehingga tidak tumbuh hijau-hijauan, dan tidak tersisa hewan apapun selain akan hancur kecuali dengan apa yang dikehendaki Allah.
Para Sahabat bertanya, “Bagaimana insan hidup pada waktu itu?”
Rasulullah menjawab, “Tahlil, takbir, dan tahmid yang bagi mereka sama kedudukannya dengan makanan”. (HR. Ibnu Majah, Al-Hakim dan Al-Albani, Shahih, Shahih Al-Jami’, 7875) (sumber http://resensiakhirzaman.blogspot.co.id).