Ternyata April Mop Merupakan Bentuk Perayaan Pembantaiaan Muslim. Masihkah Merayakannya
Hari ini, 529 tahun yang lalu. Muslim Spanyol di Granada ketakutan. Terbayang apa yang akan terjadi sesaat lagi. Pasukan Salib yang telah menaklukkan kota itu, niscaya tidak membiarkan mereka hidup. Apalagi info kebengisan Pasukan Salib sudah menyebar dari verbal ke mulut. Mereka kerap membantai kaum muslimin; tidak peduli muda atau tua, pria atau wanita, sampaumur maupun remaja, bahkan balita.
Itulah yang mereka dengar, dan demikianlah faktanya. Pasukan Salib seakan haus darah kaum muslimin. Ketika mereka memenangkan peperangan, masjid-masjid pun digenangi darah kaum muslimin. Padahal kaum muslimin itu bukan tentara. Rakyat sipil.
Namun perasaan takut kaum muslimin seketika bercampur dengan kaget dan secercah harapan. "Wahai para muslim Granada, kalian boleh hidup kondusif di luar Spanyol. Maka keluarlah kalian. Silahkan berlayar dan tinggalkan kota ini!" demikian inti pengumuman yang dikeluarkan oleh Pasukan Salib.
Semula banyak kaum muslimin yang ragu akan pengumuman itu. Namun keinginan mereka untuk hidup dalam Islam mendorong mereka untuk keluar dari persembunyiannya. Mereka berharap, meski terusir dari tanah air tanpa membawa apa-apa, mereka dapat hidup bersama bawah umur yang akan meneruskan agama mulia. Satu per satu mereka keluar menuju pelabuhan.
Memang benar. Di pelabuhan sudah menanti kapal yang akan mengangkut mereka berlayar keluar Spanyol. Ribuan muslim dalam kapal yang kebanyakan terdiri dari perempuan dan bawah umur itu mulai cerah wajahnya. Ada cita-cita hidup. Namun, cita-cita ini segera sirna. Jerit histeris bawah umur memenuhi kapal. Tangis para perempuan muslimah melipatgandakan kesedihan yang bercampur takut, amarah, dan kebingungan. Kapal itu dibakar! Dibakar oleh pasukan Salib. Ternyata semua sudah direncanakan.
Maka bersamaan dengan terbakarnya kapal, mulailah puing-puingnya jatuh memenuhi laut, perempuan dan bawah umur pun terpanggang. Tidak butuh waktu usang kapal itu segera tenggelam. Mereka yang sempat selamat dari kobaran api dan hendak lari, disambut dengan sabetan pedang pasukan Salib. Laut pun berubah warna menjadi merah kehitam-hitaman. Menjadi saksi putusnya sebuah generasi muslim di Andalusia, sebutan Spanyol waktu itu.
1 April 1487. Hari itu kemudian dikenal dengan nama "The April Fool Day". Seiring bergulirnya waktu, hari itu disamarkan dan dikenang dengan sebutan April Mop. Demi mengabadikan kemenangan licik itu, April Mop diperingati dengan "ritual" boleh mengerjai, menipu dan menjahili orang lain pada tanggal ini. Dan orang yang dikerjai, dihentikan marah.
Meskipun tidak sepopuler Hari Valentin, April Mop ternyata juga banyak diikuti oleh remaja Islam kita. Ia juga dirayakan oleh banyak sekali kalangan dengan "mengerjai" orang lain, termasuk keluarga atau customer-nya.
Seperti kata Ibnu Khaldun, bangsa yang dikalahkan banyak mengekor bangsa yang mengalahkannya. Banyak hal dari luar Islam yang sekarang ditiru begitu saja oleh umat Islam, khususnya para remajanya. Termasuk April Mop. Mereka tidak tahu, ketika mereka ikut-ikutan merayakan, bahu-membahu mereka tengah merayakan pembantaian atas saudara-saudaranya; yang kebanyakan korbannya seusia ibu-ibu kita. Merayakan April Mop berarti merayakan kekalahan kita, sekaligus merayakan kemenangan musuh kita.
Rasulullah bahkan memperingatkan bahwa setiap tradisi non muslim –khususnya yang berkaitan dengan ritus- merupakan unsur magnetis yang menciptakan kita dapat terafiliasi dalam hakikat entitas mereka. "Man tasyabbaha bi qaumin, fa huwa minhum" Siapa yang ibarat suatu kaum, maka termasuk golongan mereka. Maka apakah kamu turut merayakan April Mop? Semoga jawabannya tegas: "Tidak!"
*Tulisan ini pernah dimuat di Bersamadakwah.com