Kisah Mengharukan! Harta Bisa Miskin Namun Kekayaan Iman Paling Utama

Cerita ini sudah tidak mengecewakan usang beredar di internet, namun sebagai pengingat bahwa dunia ini bukan apa-apa tidaklah salah membacanya lagi. Kisah ini menceritakan perihal seorang pedagang binatang qurban perihal pengalaman yang dialaminya. Penasaran berikut kisah selengkapnya dirangkum dari banyak sekali sumber dengan sedikit perubahan penulisan :

Ilustrasi
Seorang ibu tiba memerhatikan dagangan saya. Dilihat dari penampilannya nampaknya akan tidak sanggup beli. Tetapi tetap masih aku coba hampiri dan menunjukkan kepadanya, “Silahkan bu…”, lantas ibu itu menunjuk satu di antara kambing termurah sambil kemukakan pertanyaan, ”kalau yang itu berapakah Pak? ”.

“Yang itu 700 ribu bu, ” jawab saya. “Harga pasnya berapakah? ”, Si Ibu kembali bertanya. “600 ribu deh Bu, harga segitu untung aku kecil, tetapi biarlah……. Kemudian,  “Tapi, uang aku hanya 500 ribu, sanggup pak? ”, pintanya.


Waduh, aku bingung, alasannya itu harga modalnya, selanjutnya aku berembuk (berdiskusi) dengan sobat aku (rekanan) hingga selanjutnya kami tetapkan membarikan saja dengan harga itu (500 ribu) kepada ibu itu.

Sayapun mengantar binatang qurban itu hingga kerumahnya, sekian tiba dirumahnya,


“Astaghfirullah……, Allahu Akbar…, terasa menggigil semuanya tubuh alasannya menyaksikan keadaan rumah ibu itu.

Ternya si Ibu itu hanya tinggal bertiga saja bersama ibunya dan puteranya dirumah gubug yang berlantai tanah. Saya tidak saksikan kawasan tidur kasur, dingklik ruang tamu, terutama perlengkapan menawan atau barang-barang elektronik,. Yang terlihat hanya dipan kayu beralaskan tikar dan bantal lusuh.

Diatas dipan, tertidur seorang nenek bau tanah kurus. “Mak….. berdiri mak, nih lihat aku bawa apa? ”, kata ibu itu pada nenek yangg tengah rebahan hingga selanjutnya terbangun. “Mak, aku sudah belikan emak kambing buat qurban, kelak kita antar ke Masjid ya mak…. ”,
kata ibu itu dengan penuh keceriaan.

Si nenek (orang bau tanah Ibu itu) sangat terkaget meski tampak bahagia, sambil mengelus-elus kambing, nenek itu berucap, “Alhamdulillah, selanjutnya kesampaian juga bila emak menginginkan berqurban”.

“Nih Pak, uangnya, maaf ya apabila aku nawarnya kemurahan, alasannya aku hanya tukang bersihkan di kampung sini, aku punya niat mengumpulkan uang untuk beli kambing yang bakal diniatkan buat qurban atas nama ibu saya…. ”, kata ibu itu

Kaki ini bergetar, dada terasa sesak, sambil menahan tetes air mata, aku berdoa, “Ya Allah…, Ampuni dosa hamba, hamba aib berjumpa dengan hamba-Mu yang pastinya lebih mulia ini, seseorang yang miskin harta namun kekayaan Imannya sekian luar biasa”.

“Pak, ini cost kendaraannya…”, panggil ibu itu, ”sudah bu, supaya cost kendaraanya aku yang bayar’, kata saya.

Saya cepat pergi terlebih dulu, aku tidak ingin ibu itu mengetahui kalau mata ini sudah berair alasannya tak sanggup memperoleh teguran dari Tuhan yang sudah mempertemukan dengan hambaNya yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan inginkan memuliakan orang tuanya…….

Untuk mulia kenyataannya tidak butuh harta berlimpah, jabatan tinggi terutama kekuasaan, kita sanggup berguru keikhlasan dari ibu itu untuk mencapai kemuliaan hidup. Berapakah banyak diantara kita yang diberi kecukupan pendapatan, namun masih tetap saja ada keengganan untuk berkurban, walaupun sebetulnya mungkin saja saja harga handphone, jam tangan, tas, atau pun aksesories yg melekat di tubuh kita harga nya tambah lebih mahal di banding seekor binatang qurban. Namun senantiasa kita sembunyi dibalik kata tidak sanggup atau tidak dianggarkan.



Demikianlah teman renungan Islam, sebesar apapun kekayaan teman tidak ada gunanya kalau teman tidak menyisihkan untuk kewajiban dan kebaikan di jalan Tuhan SWT menyerupai bersedekah, membayar zakat dan tentunya berkurban. Semoga dengan kisah ini membuka hati kita semua. Aminn. Semoga bermanfaat.