Ternyata Iblis Ini Lebih Takut Mengganggu Orang Tidur di Masjid dibandingkan dengan Orang Mengerjakan Shalat. Mengapa Demikian ?

Anda semua niscaya bertanya-tanya alasannya, mengapa Iblis ini lebih takut mengganggu orang yang tidur di Masjid dibandingkan orang yang sedang mengerjakan shalat. Bukankah orang tidur sedang dalam posisi tidak beribadah kepada Tuhan dan orang shalat lebih khusyuk dalam ibadahnya.

Kisah ini diriwayatkan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW yang artinya : Ketika dikala itu Baginda Rasul mendatangi pintu masjid, Rasul melihat iblis berada disalah satu sisi Masjid. Kemudian Rasulullah SAW bertanya : "Wahai Iblis apa yang sedang kau lakukan di sini?" Maka Setan itu menjawab, "Saya hendak masuk masjid dan akan merusak shalat orang yang sedang shalat ini, tetapi saya takut pada seorang lelaki yang tengah tidur ini."

Gambar hanya ilustrasi
Kemudian Rasulullah SAW berkata “ Wahai Iblis, gerangana kenapa kau tidak takut pada orang yang sedang mengerjakan shalat, padahal dirinya dalam keadaan beribadah dan bermunajat pada Tuhannya. Dan kau justru takut pada orang yang sedang tidur, padahal dirinya tidak menyadari apapun.” Iblis pun menjawab, "Orang yang sedang shalat ini bodoh, mengganggu shalatnya begitu mudah. Akan tetapi orang yang sedang tidur ini orang alim (pandai)."

Dengan menuntut ilmu dan mempunyai ilmu, iblis lebih menentukan takut pada orang cerdik dibandingkan andal ibadah namun tidak mempunyai ilmu sama sekali.

Diriwatkan Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda yang artinya : "Nabi Sulaiman pernah diberi pilihan antara menentukan ilmu dan kekuasaan, kemudian dia menentukan ilmu. Selanjutnya, Nabi Sulaiman diberi ilmu sekaligus kekuasaan.”

Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda  yang artinya: "Barangsiapa pergi menuntut ilmu maka Tuhan akan menunjukkannya jalan menuju surga. Sesungguhnya orang alim senantiasa dimintakan ampunan untuknya oleh makhluk yang berada di langit maupun di bumi, sampai dimintakan ampun oleh ikan-ikan di laut. Sesungguhnya ulama ialah pewaris para Nabi."

Dalam hadits tersebut menjelaskan bahwa Islam begitu menghargai, memuliakan, menghormati orang-orang yang cerdik pengetahuan. Seperti dalam cerita ini, kedudukan orang cerdik lebih tinggi dari andal ibadah namun bodoh. Dalam Islam, menuntut ilmu salah satu atau termasuk dalam beribadah dan tuntutan dari agama.
Lihatlah perkembangan ilmu yang semakin modern merupakan awal dari kecemerlangan peradaban Islam masa lampau. Sangat banyak ilmuan lahir dalam kalangan kaum Muslim yang memperlihatkan (menyumbangkan) ilmunya terhadap dunia dan diakui. Para ilmuan tersebut menekuni disiplin dalam menuntut ilmu atas dasar Islam bukan tuntutan daulah (Negara) islamiyah dikala itu. Contohnya; Ibnu Sina merupakan Bapak Ilmu Kedokteran, dan masih banyak ilmuan muslim lainnya.

Begitu peduli dan perhatiannya agama Islam akan pentingnya ilmu pengetahuan, banyak pula ayat Al-Qur'an memberi dorongan dan motivasi supaya seseorang mengasihi ilmu, di antaranya ayat itu, "Samakah antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS. Al-zumar: 9). Tak hanya itu, Al-Qur'an sendiri mengajarkan umat insan berdoa kepada Tuhannya supaya senantiasa ditambahkan ilmu pengetahuan, "Dan katakanlah, Ya Tuhanku, tambahkanlah pengetahuan kepadaku".

Islam sangat perduli terhadap pentingnya ilmu pengetahuan. Di dalam ayat-ayat Al Qur’an banyak juga terdapat dorongan atau motivasi supaya umat Muslim berguru (mencari ilmu), mengasihi ilmu. Beberapa ayat-ayat Al Qur’an tersebut diantaranya yang berarti :

Di ayat lain Tuhan juga berfirman, "Allah akan meninggikan orang-orang beriman di antara kau dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat" (Al-Mujaadalah: 11).


Berjibunnya apresiasi, penghargaan dan dorongan yang bersumber baik dari al-Qur'an ataupun Sunnah Nabi sebagaimana di atas seyogianya menciptakan kaum muslim pada dikala ini khususnya yang masih berstatus mahasiswa, pelajar dan santri sanggup lebih ulet dan tekun lagi dalam mempelajari suatu ilmu dan menyebarkan tradisi ilmiah. Pun menyadarkan bahwa berdasarkan pandangan Islam kegiatan dan kegiatan berguru dan menuntut ilmu baik di forum pendidikan formal atau nonformal yang ditempuh oleh seorang Muslim orientasinya tidak melulu mengejar ijazah, gelar dan jabatan tertentu, melainkan perlu diinsyafi pula bahwa berguru itu merupakan kewajiban tiap muslim dalam upaya mentaati perintah agama. Wallahu a'lam