Kisah Tragis: Dahsyatnya Azab Seorang Anak yang Mendurhakai Ibunya

Sebut saja namanya Karta. Ia telah menikah dengan perempuan pilihannya. Wajahnya cantik. Namun sayang, hatinya tak secantik wajahnya. Karta mulai terpengaruh dengan istrinya dan hampir selalu menurutinya. Dari sinilah dongeng tragis itu dimulai. pagi. Tengah malam begini, ibu harus ke mana?”

Karta terdiam. Ia tak menjawab. Tapi keputusannya telah bulat.

Beberapa ketika kemudian, ibu Karta pun keluar dengan tas di tangannya. Tidak semua barangnya sanggup dibawa. Ia melangkah berjalan di tengah malam, sambil air mata terus menetes membasahi pipinya. Sebagai seorang ibu, ia sungguh sangat kecewa. Sakit hatinya. Diusir oleh anak sendiri yang lebih mementingkan istri tak berakhlak daripada ibunya. Dalam kondisi itu, sang ibu pun berdoa.


“Ya Allah, hatiku sakit atas perlakuan ini. Anakku sendiri mengusirku, padahal saya yang mengandung, melahirkan, menyusui dan membesarkannya. Ya Allah, saya tidak ridho padanya. Aku haramkan seluruh air susu yang diminumnya semenjak bayi hingga membentuknya menyerupai ketika ini!”

Doa seorang ibu yang didurhakai, di tengah malam, dalam kondisi hujan rintik-rintik, ketiga faktor mustajabnya doa itu bertemu.

Keesokan harinya, Karta mencicipi seluruh tubuhnya sakit. Kulitnya mulai gatal-gatal. Makin lama, kulitnya menyerupai melepuh. Hari-hari berikutnya lepuhan itu mengeluarkan bisul dengan amis yang menyengat. Sampai-sampai, tetangga yang menjenguknya pun tidak berani mendekat.

Berbagai upaya medis tak juga membuatnya membaik. Karta menyadari bahwa ini mungkin sebab kesalahannya mengusir ibunya sendiri di malam itu. “Tolong carikan ibuku, saya ingin minta maaf. Sakitku ini karenanya,” pintanya pada seseorang.

“Tidak. Biar Karta mencicipi sakit itu. Sakitnya hatiku diusir lebih sakit dari apa yang dirasakan Karta,” jawab sang ibu ketika ditemui pesuruh Karta, “aku tak mau kembali ke rumah itu.”

Beberapa hari kemudian, Karta pun meninggal. Begitu busuknya amis Karta, sampai-sampai modin setempat tidak mau memandikannya sendiri. Ia menyewa orang untuk memandikan Karta. Waktu meninggalnya Karta hampir bersamaan dengan meninggalnya orang lain di kampung yang sama. Sehingga tersedialah dua galian untuk memakamkan mereka. Dan gres saja Karta dimakamkan, keributan terjadi.

“Ini seharusnya makam untuk saudara saya, kenapa ditempati,” kata seseorang yang terkejut melihat galian makam untuk saudaranya telah terisi.

“Maaf pak, kami tidak tahu. Karena sudah terlanjur, sekali lagi kami minta maaf. Mohon almarhum dimakamkan di galian satunya Pak, kan sama-sama makamnya”

“Tidak bisa! Ini sudah kita pesan liang lahatnya bersahabat dengan anggota keluarga yang meninggal sebelumnya. Kalau di sana kan jadi terpisah. Kami tidak mau. Harus dibongkar”

Karena tidak sanggup diajak kompromi, alhasil warga pun menyerah untuk membongkar kembali makam Karta. Anehnya, ketika makamnya dibongkar, mereka mendapati kain kafan Karta telah berubah warna; coklat keabu-abuan. Tubuhnya juga tampak lebih tipis. Dan begitu dibuka, mereka terkejut bukan main. Jenazah Karta berubah warna dan bentuk, menyerupai hangus terbakar. Demikian dahsyatnya azab bagi anak yang durhaka kepada ibunya. Azab pedih eksklusif terjadi di dunia dan lebih pedih lagi ketika berada di alam barzah.

Mohon bantu sebarkan dongeng ini, biar sanggup bermanfaat dan menciptakan kita lebih mengasihi ibu. (Sumber Kisahikmah.com


: *Disarikan dari ceramah KH. Zubairi Rahman, Pengasuh Program Keluarga Sakinah – Suara Giri FM